WartaBPK.go
  • BERANDA
  • ARTIKEL
    • Berita Terkini
    • BERITA FOTO
    • Suara Publik
  • MAJALAH
  • INFOGRAFIK
  • SOROTAN
  • TENTANG
WartaBPK.go
  • BERANDA
  • ARTIKEL
    • Berita Terkini
    • BERITA FOTO
    • Suara Publik
  • MAJALAH
  • INFOGRAFIK
  • SOROTAN
  • TENTANG
Saturday, 5 July 2025
WartaBPK.go
WartaBPK.go
  • BPK.GO.ID
  • Tentang
  • Kebijakan Data Pribadi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Copyright 2021 - All Right Reserved
Tag:

perempuan bpk

BeritaBerita TerpopulerBPK BekerjaSLIDER

BPK Dorong Pegawai Perempuan? Berikut Ini Penjelasannya

by Admin 1 24/06/2022
written by Admin 1

JAKARTA, WARTAPEMERIKSA – Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan kesempatan yang sama baik perempuan maupun laki-laki untuk berpartisipasi dalam pelaksanaan pembangunan dengan menjadi aparatur sipil negara (ASN). Sejalan dengan pelaksanaan sistem merit, kesempatan itu diberikan bagi mereka yang memenuhi kriteria, kualifikasi, dan kompetensi yang diperlukan BPK.

Kepala Biro Sumber Daya Manusia Dadang Ahmad Rifa’i mengatakan, berdasarkan pembagian jenis kelamin, persentase jumlah pegawai wanita yaitu sebesar 39,57 persen dari seluruh pegawai BPK. Jika dilihat dari data perkembangan jumlah pegawai selama tiga tahun berturut-turut, proporsi jumlah pegawai wanita dari seluruh pegawai BPK terus mengalami peningkatan, yaitu pada 2020 sebesar 38,05 persen, kemudian pada 2021 sebesar 38,25 persen, dan pada 2022 sebesar 39,57 persen.

Dadang Ahmad Rifai

“Secara umum, pegawai wanita di BPK menunjukkan kinerja yang baik, setara dengan kinerja pegawai pria,” ungkap Dadang kepada Warta Pemeriksa.

Hal ini dapat dilihat antara lain dari distribusi pegawai wanita yang menduduki berbagai jabatan yang ada di BPK, terutama di jabatan fungsional. Peran pegawai wanita yang setara dengan pria ini merupakan pengejawantahan penerapan sistem merit dalam pengelolaan SDM di BPK sesuai Undang-Undang (UU) Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN). UU ASN mengamanatkan bahwa manajemen ASN harus didasarkan pada sistem merit.

“Oleh karena itu, kita perlu terus mendorong pegawai wanita di BPK untuk menduduki jabatan-jabatan manajerial yang lebih tinggi (sebagai pengambil kebijakan), tentunya melalui seleksi kompetitif berbasis sistem merit sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja.”

Ini merupakan kebijakan dan manajemen ASN yang berdasarkan oleh kualifikasi, kompetensi, dan kinerja secara adil dan wajar. Hal itu tanpa membedakan latar belakang politik, ras, warna kulit, agama, asal usul, jenis kelamin, status pernikahan, umur, atau kondisi kecacatan.

Dari pengalaman pelaksanaan rekrutmen pegawai beberapa tahun terakhir, BPK merupakan salah satu instansi pemerintah dengan peminat terbanyak. Tahun ini, dari 1.306 orang yang diangkat CPNS, sebesar 46,86 persen atau sebanyak 612 orang adalah wanita. Dengan tambahan pegawai ini, proporsi pegawai wanita di BPK per Mei 2022 menjadi hampir 40 persen.

“Jumlah yang luar biasa besar sebagai bagian dari human capital BPK yang perlu dikembangkan potensi, kompetensi, dan kinerjanya sehingga dapat memberikan kontribusi terbaiknya bagi BPK,” ujar Dadang.

Dalam Statistik Politik 2021 dari Badan Pusat Statistik (BPS), peran dan keterwakilan perempuan dalam posisi-posisi pengambilan kebijakan dalam pemerintahan masih cenderung rendah. Selama periode 2016-2020, persentase ASN perempuan terus mengalami peningkatan dan jumlahnya mulai melebihi pegawai laki-laki.

Meski begitu, peningkatan tersebut tidak langsung diikuti dengan meningkatnya persentase perempuan yang menduduki posisi sebagai pengambil kebijakan. Pada 2020, persentase perempuan yang menduduki jabatan struktural eselon I (jabatan pimpinan tinggi/JPT madya) yaitu sebesar 16,58 persen dan eselon II (JPT Pratama) sebesar 13,76 persen.

ECC BPK Sediakan Penanganan Khusus Pegawai

Untuk BPK, persentase pegawai wanita yang menduduki jabatan struktural di BPK (JPT, jabatan administrator, dan jabatan pengawas) yaitu sebesar 24,19 persen dari jumlah pejabat yang ada. Saat ini tidak ada pegawai wanita yang menduduki jabatan struktural eselon I (JPT madya) dan hanya sebesar 12,94 persen pegawai wanita yang menduduki jabatan struktural eselon II (JPT pratama).

“Oleh karena itu, kita perlu terus mendorong pegawai wanita di BPK untuk menduduki jabatan-jabatan manajerial yang lebih tinggi (sebagai pengambil kebijakan), tentunya melalui seleksi kompetitif berbasis sistem merit sesuai dengan kualifikasi, kompetensi, dan kinerja,” ujarnya.

24/06/2022
0 FacebookTwitterPinterestEmail
Perempuan (Ilustrasi/Sumber: Freepik)
BeritaBerita TerpopulerBPK BekerjaSLIDER

Perempuan BPK Harus Bisa Kelola Stres?

by Admin 1 23/06/2022
written by Admin 1

Bagi Direktur Penelitian dan Pengembangan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Emmy Mutiarini, kesempatan perempuan untuk meniti karier sudah terbuka luas saat ini. Menurutnya, kesuksesan perempuan akan sangat ditentukan dengan bagaimana cara dia meningkatkan kualitas diri dalam menghadapi tuntutan profesi.

Emmy mengakui, perempuan juga memiliki peran ganda, baik di kantor maupun di rumah. Dengan begitu perlu ada keterampilan dalam mengatur skala prioritas. Kepada Warta Pemeriksa, Emmy membagikan kisah perjalanan kariernya dan beberapa pandangan terhadap kepemimpinan perempuan di BPK saat ini. Berikut petikan wawancaranya.

Bagaimana kisah perjalanan karier Ibu di BPK hingga saat ini?

Saya masuk di BPK itu pada 1997. Itu angkatan kedua dari program penerimaan akuntan selama lima tahun. Angkatan pertamanya adalah pada 1996.

“Kalau bicara tentang peluang, saya kira di BPK itu sudah terbuka kesempatan dan peluang yang sama baik untuk perempuan maupun laki-laki.”

Setelah penerimaan itu, saya langsung ditempatkan di BPK Perwakilan Sumatra Selatan. Karena memang, asal saya dari sana. Sembilan tahun saya bertugas di sana, kemudian saya mendapatkan promosi menjadi kepala seksi di Lampung pada 2006. Kemudian, pada pertengahan 2012, saya mendapatkan promosi menjadi kasubaud di Jawa Barat.

Selama lima setengah tahun, saya bertugas di Jawa Barat. Setelah itu, sempat di Jawa Tengah dan kemudian menjadi kepala auditorat. Jadi, hampir selama 20 tahun karier saya itu murni berada di jalur pemeriksaan dan sebagian besar dalam lingkup APBD.

Ketika promosi menjadi eselon II, saya ditempatkan di Auditorat Utama Keuangan Negara (AKN) II.A yang menangani pajak dan bea cukai. Itu adalah perubahan yang cukup signifikan. Saya perlu memahami proses bisnis tersebut, termasuk juga dengan pernak-pernik perpajakan yang sebelumnya tidak ada di daerah. Itu menjadi sebuah pengalaman yang sangat berharga.

Kemudian, pada 2020, saya pindah ke Direktorat Litbang BPK. Itu juga menjadi sebuah tantangan baru karena saya belum pernah berada di porsi penunjang di BPK. Selama ini, saya kerap bertemu dengan orang luar, memperbaiki orang luar. Namun, ternyata dalam diri kita sendiri masih banyak yang juga perlu kita perbaiki untuk kemajuan BPK.

Pengalaman selama 20 tahun karier saya di jalur pemeriksaan membantu saya menjalani dua tahun ini menjadi direktur Litbang BPK. Kolaborasi pengalaman masa lalu tersebut saya manfaatkan untuk pengembangan BPK juga.

Ketika saya pindah, ketua BPK saat itu adalah Pak Agung Firman Sampurna dan wakilnya Pak Agus Joko Pramono. Saya tahu mereka punya banyak visi ke depan untuk membawa BPK lebih maju. Sehingga, ada banyak hal kegiatan strategis yang dikerjakan oleh Litbang.

Waktunya cukup tepat untuk merevisi SPKN 2017, kemudian kita juga menyiapkan peta jalan BPK di masa depan menuju perubahan teknologi dan segala macamnya. Dari sisi kelembagaan, kita berupaya mendukung peta jalan BPK sampai 2024. Salah satunya yakni dengan pembentukan satker mandiri sebagai cikal bakal badan layanan umum (BLU) di BPK. Kita belajar dan mencari tahu dari negara-negara lain prosesnya seperti apa. Semua itu untuk mendukung BPK menembus panel auditor eksternal Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) pada 2024.

Jadi, memang perlu ada pengelolaan yang lebih profesional terkait dengan kegiatan internasional BPK di luar. Itulah salah satu pengembangan kelembagaan strategis yang dilakukan Litbang.

Bagaimana Ibu melihat peluang dan tantangan para perempuan di BPK saat ini?

Kalau bicara tentang peluang, saya kira di BPK itu sudah terbuka kesempatan dan peluang yang sama baik untuk perempuan maupun laki-laki. Namun, hal itu kembali lagi kepada perempuannya itu sendiri. Menurut saya, tantangan perempuan itu ada dua. Tantangan dari internal dia sendiri, yakni kemampuan meningkatkan kapasitas, entah itu dengan belajar atau berhubungan dengan yang lainnya.

Kemudian, tantangan kedua datang dari luar dirinya. Hal ini lebih datang dari faktor peran ganda seorang perempuan. Terutama ketika dia sudah menikah, maka dia akan memiliki peran ganda. Bagaimana mengurus urusan rumah dan kantor.

Namun, sepanjang yang saya alami, BPK sudah memberikan peluang yang sama bagi setiap pelaksana untuk memperoleh posisi-posisi strategis. Jadi memang tergantung perempuannya apakah dia mau mengembangkan diri baik secara kompetensi atau kemampuan networking-nya.

Secara kelembagaan memang tidak ada diskriminasi. Meski begitu, karena saya mantan kepala subauditorat yang merencanakan pemeriksaan, penempatan pemeriksa perempuan tetap akan mempertimbangkan lokasi. Misalnya, lokasi ekstrem dan risiko keamanan tinggi tetap akan menjadi pertimbangan saya dalam menempatkan pemeriksa perempuan.

Pertimbangan kedua berkaitan dengan kebutuhan keluarga. Contohnya, apabila pegawai perempuan tersebut memiliki anak yang sedang ujian sekolah saya usahakan untuk memberikan penugasan berada di sekitar domisilinya.

Hal itu tentunya bisa diakomodasi apabila kedua belah pihak saling terbuka. Kita bisa saling jujur menyampaikan kondisi yang dihadapi dan dibahas bersama.

Menurut saya, menjadi perempuan itu mungkin diberkahi dengan empati yang lebih tinggi. Sehingga, perempuan itu bisa merasakan atau menyelami persoalan mitra kerja dan menjalin komunikasi untuk menyelesaikan masalah tersebut. Dengan adanya hal itu, diharapkan dapat meningkatkan kenyamanan suatu tim pemeriksa dan berujung pada tugas bisa dikerjakan dengan hasil optimal.

Isma Yatun, “Kartini” Pertama yang Menjabat Ketua BPK

Harapan Ibu untuk para perempuan di BPK?

Mungkin hati perempuan itu lembut, sehingga dengan adanya kritikan menjadi mudah tergores. Kalau saya memandangnya, hal itu kita terima saja. Kita pandang itu sebagai sesuatu yang positif untuk perbaikan diri kita sendiri. Jangan pandang itu sebagai serangan secara pribadi. Kita harus bersikap profesional. Kalau ada kesalahan maka kita perbaiki. Kita meminta maaf apabila ada kesalahan tapi tidak perlu dimasukkan ke dalam hati.

Ketika saya pertama kali menempati posisi direktur Litbang BPK, ada juga pihak yang mengeluh karena stres pekerjaan. Kalau menurut saya, stres itu adalah hal yang normal sebagai manusia. Stres paling sederhana contohnya adalah ketika waktu pulang kerja kita memikirkan perjalanan akan macet atau tidak. Jadi saya kira stres itu sangat normal.

Menurut saya, penting bagi kita untuk bisa mengelola stres tersebut. Apakah itu akan berdampak negatif kepada kita atau tidak? Kalau itu bisa memperbaiki kualitas kita sebagai manusia atau pegawai maka harus kita jalani.

Tapi kalau kita memandangnya negatif maka bisa menjadi penyakit. Jadi, jika pekerjaan menumpuk ya coba dikerjakan satu per satu.

Sehingga, yang terpenting adalah bagaimana kita memandang suatu pekerjaan atau tugas. Kalau kita memandangnya sebagai beban maka akan terasa semakin berat dan ujungnya kita tidak punya semangat untuk menyelesaikannya. Jalani saja dan kerjakan saja.

Tentukan prioritas sesuai tugas yang dijalani, kelola stres supaya bisa membantu kita menjalankan tugas, dan terakhir perempuan itu tahu bahwa dirinya berharga. Jadi, jangan sampai lelah untuk mengejar impian atau kebahagiaan. Jadikan pekerjaan ini sebagai bagian dari ibadah.

23/06/2022
0 FacebookTwitterPinterestEmail
BeritaBerita TerpopulerBPK BekerjaSLIDER

“Kartini BPK” Terus Meningkat

by Admin 1 08/06/2021
written by Admin 1

JAKARTA, WARTAPEMERIKSA – Jumlah pegawai perempuan di Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) terus meningkat. Per April, total jumlah “Kartini BPK” mencapai 3.058 orang atau sebesar 42,5 persen dari jumlah pegawai yang sebanyak 7.190 orang.

Menurut data Biro Sumber Daya Manusia BPK, jumlah pegawai perempuan pada 2018 sebanyak 2.486 orang. Angka itu kemudian naik pada 2019 menjadi 2.639 orang dan pada 2020 naik menjadi 2.882 orang. Tak hanya soal angka, kontribusi dari pegawai perempuan di BPK juga sangat besar.

Kepala Biro Sumber Daya Manusia BPK Dadang Ahmad Rifai mengatakan, pegawai perempuan di BPK memiliki peran penting, karena dari segi kemampuan intelektual tidak berbeda dengan pegawai laki-laki, bahkan banyak yang lebih baik. Perempuan, tutur dia, pada dasarnya memiliki kemampuan multitasking, bisa memiliki nilai lebih dalam hal kecerdasan, ketelitian, kreativitas, dan keuletan.

“Pegawai perempuan menjadi bagian dari sumber daya manusia (SDM) di BPK, dimana SDM BPK merupakan aset terbesar dan terpenting yang dimiliki oleh organisasi ini. Komposisi pegawai perempuan semakin bertambah setiap tahun, begitu juga dengan pegawai perempuan yang menduduki jabatan struktural dan strategis,” kata Dadang kepada Warta Pemeriksa, beberapa waktu lalu.

Dadang menambahkan, BPK juga membuka peluang bagi siapapun untuk menduduki jabatan di BPK baik fungsional maupun struktural.

Saat ini, kata Dadang, posisi JPT (Eselon I dan II) diduduki oleh perempuan sebanyak 14 pegawai atau 15 persen dari total JPT sebanyak 91 pegawai. Lalu, jabatan pengawas diduduki oleh 22 persen dari total pengawas atau sebanyak 47 pegawai dan pengawai administrator ada sebanyak 32 persen atau sebanyak 101 pegawai.

08/06/2021
0 FacebookTwitterPinterestEmail

Berita Lain

  • Majalah Warta BPK Edisi Maret 2025
  • Majalah Warta BPK Edisi Februari 2025
  • Majalah Warta BPK Edisi Januari 2025
  • Warta BPK: Nama Baru, Semangat yang Sama
  • Wakil Ketua BPK Soroti Risiko Fraud Digital, Tekankan Urgensi Kolaborasi Nasional
  • BPK.GO.ID
  • Tentang
  • Kebijakan Data Pribadi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

@2021-2022 - Warta BPK GO. Kontak : warta@bpk.go.id

WartaBPK.go
  • Home
WartaBPK.go

Recent Posts

  • Majalah Warta BPK Edisi Maret 2025

    04/07/2025
  • Majalah Warta BPK Edisi Februari 2025

    04/07/2025
  • Majalah Warta BPK Edisi Januari 2025

    04/07/2025
  • Warta BPK: Nama Baru, Semangat yang Sama

    02/07/2025
  • Wakil Ketua BPK Soroti Risiko Fraud Digital, Tekankan...

    01/07/2025
@2021-2022 - Warta BPK GO. Kontak : warta@bpk.go.id