WartaBPK.go
  • BERANDA
  • ARTIKEL
    • Berita Terkini
    • BERITA FOTO
    • Suara Publik
  • MAJALAH
  • INFOGRAFIK
  • SOROTAN
  • TENTANG
WartaBPK.go
  • BERANDA
  • ARTIKEL
    • Berita Terkini
    • BERITA FOTO
    • Suara Publik
  • MAJALAH
  • INFOGRAFIK
  • SOROTAN
  • TENTANG
Saturday, 5 July 2025
WartaBPK.go
WartaBPK.go
  • BPK.GO.ID
  • Tentang
  • Kebijakan Data Pribadi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak
Copyright 2021 - All Right Reserved
Tag:

ecc

Ilustrasi anak-anak (Sumber foto: Freepik).
BeritaBerita TerpopulerBPK BekerjaSLIDER

Apa Hubungan Kesalahan Pengasuhan Anak dengan Pembentukan Kepribadian?

by Admin 1 25/01/2024
written by Admin 1

JAKARTA, WARTAPEMERIKSA — Persepsi orang tua tentang model pengasuhan anak ternyata berkontribusi positif dengan keberhasilan akademik, kesehatan mental, dan kepuasan hidup anak tersebut. Termasuk juga kemampuan anak berfungsi dalam lingkungannya. Hanya saja tahukah Anda apa makna dari pengasuhan anak?

Berdasarkan rangkuman Bincang Employee Care Center Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), pengasuhan anak merupakan serangkaian aktivitas yang bertujuan memastikan mereka mampu bertahan hidup dan mengalami proses perkembangan dengan baik. Pengasuhan anak tidak menekankan kepada siapa (pelaku) pengasuhan anak. Akan tetapi menekankan kepada aktivitas perkembangan dan pendidikan yang didapat anak.

Bagaimana Mencegah Konflik Moral di Tempat Kerja?

Menurut ECC, setidaknya ada lima aspek yang ada dalam pengasuhan anak:

  1. Dimensi, berupa fisik, kognitif, dan afektif.
  2. Tujuan pun ada beberapa, seperti fokus kepada diri sendiri, fokus kepada anak, dan fokus kepada hubungan orang tua serta anak.
  3. Bentuk, berupa tuntutan, kontrol, respons, dan penerimaan.
  4. Frame-work: Nuclear family dan extended family.
  5. Mengatasi hambatan, baik internal dan eksternal.

Hanya saja ternyata, kesalahan dalam pengasuhan anak akan berakibat kepada kegagalan dalam pembentukan kepribadian mereka. Kesalahan-kesalahan dalam pengasuhan anak misalnya, kurang menunjukkan ekspresi kasih sayang secara verbal maupun fisik.

Kemudian kurang meluangkan waktu yang cukup, bersikap kasar secara verbal, seperti menyindir, mengecilkan anak, dan berkata-kata kasar, lalu terlalu memaksa anak untuk menguasai kemampuan kognitif secara dini.

Padahal pengasuhan yang salah akan menghasilkan anak yang mempunyai kepribadian bermasalah atau mempunyai kecerdasan emosi rendah. Bisa seperti acuh tak acuh, secara emosional tidak responsif,  berperilaku agresif, selalu berpandangan negatif, dan memiliki ketidakstabilan emosi.

ECC BPK Sediakan Penanganan Khusus Pegawai

Oleh karenanya yang perlu diingat dalam pengasuhan anak adalah membantu mereka menemukan minat yang dapat dikembangkan (fokus kepada hubungan orang tua-anak). Berperilaku sesuai nilai keagamaan (fokus pada orang tua/diri sendiri). Kemudian mampu mandiri (fokus kepada anak), berhasil secara akademik (fokus kepada orang tua/diri sendiri), dan memperbaiki cara berkomunikasi verbal (fokus kepada hubungan orang tua-anak).

“Selanjutnya, menjaga kepercayaan yang anak berikan (fokus kepada hubungan orang tua-anak),” ungkap ECC.

25/01/2024
0 FacebookTwitterPinterestEmail
Ilustrasi konflik moral (Sumber: Freepik)
BeritaBerita TerpopulerBPK BekerjaSLIDER

Bagaimana Mencegah Konflik Moral di Tempat Kerja?

by Admin 1 26/09/2023
written by Admin 1

JAKARTA, WARTAPEMERIKSA — Moralitas sangat diperlukan dalam hubungan kerja dan biasanya menjadi bagian dari budaya organisasi. Kualitas moralitas di tempat kerja dapat ditingkatkan melalui pendidikan dan pengetahuan.

Mengingat pentingnya moralitas di lingkungan kerja, Bincang ECC edisi Agustus mencoba mengulas mengenai konflik moral di tempat kerja. ECC dalam ulasannya yang diterima Warta Pemeriksa menekankan, diperlukan pelatihan yang berkelanjutan agar moralitas yang kuat terbentuk dan membudaya di tempat kerja.

ECC BPK Sediakan Penanganan Khusus Pegawai

Moralitas, kesadaran diri, disiplin diri, dan manajemen diri sangat diperlukan oleh setiap karyawan saat melayani pekerjaan di tempat kerja. Moralitas adalah kunci sukses untuk terjadinya kerja sama, komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi di tempat kerja.

Jelas, setiap orang di tempat kerja harus bisa berbagi fungsi dan peran agar pekerjaan besar menjadi lebih ringan. Saat moralitas tinggi, setiap karyawan dapat dengan bahagia dan gembira saling membantu agar tujuan dan pelayanan dapat terwujud sesuai harapan.

Nilai moral yang bersifat pribadi harus menyesuaikan diri dengan nilai moral yang dibuat oleh perusahaan. Jadi, nilai-nilai moral yang diutamakan dalam perusahaan haruslah menjadi sesuatu yang wajar bagi setiap karyawan.

Bila karyawan diam-diam lebih mengutamakan nilai-nilai moral dari apa yang mereka yakini di luar keyakinan perusahaan, maka akan terjadi konflik yang berdampak pada hilangnya tujuan moralitas yang diharapkan oleh perusahaan.

Nilai-nilai perusahaan dan kode etik perusahaan bertujuan untuk tidak mengembangkan sudut pandang tentang apa yang benar dan apa yang salah dari persepsi masing-masing orang. Jadi, moralitas di tempat kerja tidak bersumber dari sudut pandang seseorang, tetapi bersumber dari kode etik dan aturan kerja yang dimiliki oleh perusahaan.

Sifat moralitas itu relatif atau tidak mutlak, karena bisa bersumber sesuai keyakinan dan tradisi masing-masing kelompok. Tetapi di tempat kerja, sumber moralitas haruslah satu, yaitu dari kode etik tertulis yang ditetapkan oleh manajemen.

Ini harus menjadi kesepakatan dari setiap karyawan sejak mereka pertama kali masuk ke dalam perusahaan. Setiap perusahaan/organisasi memiliki kode etik masing-masing, namun demikian ada beberapa etika di tempat kerja yang berlaku secara umum.

Bagaimana Membangun Ketahanan Psikologis dalam Bekerja?

Contoh-contoh etika di tempat kerja secara umum adalah sebagai berikut:

1. Tepat waktu

2. Disiplin

3. Bertanggung jawab

4. Berpakaian rapi

5. Jangan libatkan masalah pribadi di tempat kerja

6. Hindari membicarakan atasan

7. Hormati semua rekan kerja

8. Menjadi pribadi yang fleksibel

9. Jangan pernah memotong pembicaraan

10. Tidak gugup

Ternyata, Employee Care Center BPK Makin Aktif pada Masa Pandemi

Pengertian konflik dan konflik moral

Terdapat berbagai macam prinsip etika yang berkembang dalam kehidupan kontemporer, seperti utilitarianisme, deontologi, etika hak asasi manusia, etika lingkungan, dan etika profesional. Setiap prinsip etika memiliki kelebihan dan kekurangan dalam penerapannya, sehingga diperlukan penilaian yang seksama dalam memilih prinsip etika yang tepat untuk diterapkan dalam suatu situasi.

Konflik moral sering terjadi dalam kehidupan kontemporer, baik dalam lingkungan kerja, kehidupan pribadi, maupun dalam konteks sosial dan politik.

Konflik moral dapat disebabkan oleh perbedaan nilai atau prinsip etika yang berbeda antara individu atau kelompok, serta situasi yang kompleks dan sulit dipahami (Ar Rasyid, dkk., 2023). Tantangan dalam kehidupan kontemporer menuntut individu untuk memiliki pemahaman yang mendalam tentang prinsip-prinsip etika dan kemampuan untuk menerapkannya dalam situasi yang kompleks.

Beberapa tantangan etika yang dihadapi dalam kehidupan kontemporer, antara lain, adanya perkembangan teknologi yang cepat dan  berdampak pada hak privasi dan keamanan, isu-isu lingkungan dan kesehatan, serta masalah korupsi dan kecurangan dalam berbagai sektor.

Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977), konflik merupakan warisan kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan akibat daripada berbangkitnya keadaan ketidaksetujuan, kontroversi dan pertentangan di antara dua pihak atau lebih pihak secara berterusan.

Menurut Gibson, et al (1997: 437), hubungan selain dapat menciptakan kerja sama,hubungan saling tergantung dapat pula melahirkan konflik. Hal ini terjadi jika masing-masing komponen organisasi memiliki kepentingan atau tujuan sendiri.

Kurang Energik dalam Bekerja? Jangan-Jangan Anda Burnout

Beberapa contoh masalah etika di tempat kerja:

1. Kejujuran dan integritas

2. Konflik kepentingan

3. Pelecehan

4. Diskriminasi

5. Pencurian dan penipuan

6. Privacy

Masalah etika di tempat kerja terjadi ketika muncul situasi yang mengharuskan orang yang terlibat membuat keputusan tentang apa yang benar atau salah. Terlepas dari seberapa besar atau kecilnya masalah ini, mereka dapat dengan cepat meningkat jika dibiarkan.

Jika perusahaan memiliki standar etika yang tinggi, berarti mendukung lingkungan yang dibangun atas dasar kepercayaan dan kejujuran. Ini juga berarti mengikuti hukum dan peraturan yang diperlukan.

Kenali dan Cegah Praktik Perundungan di Tempat Kerja

Berikut adalah beberapa contoh dilema etika yang dapat terjadi di perusahaan:

– Seorang karyawan mempertimbangkan apakah akan menyimpan perlengkapan kantor untuk penggunaan pribadi

– Seorang karyawan mengambil penghargaan dan pujian untuk pekerjaan rekan kerja lainnya

– Manajer meminta karyawan untuk berbohong tentang sesuatu terkait pekerjaan mereka

– Atasan secara terbuka menunjukkan lebih suka pada satu orang karena mereka masih berkerabat

– Seorang karyawan menggunakan Bahasa kasar terhadap rekan kerja dan supervisor mereka.

Cara menghadapi dilema etika di tempat kerja

o Melakukan analisis risiko

o Berkaca pada pelatihan yang telah didapatkan

o Reviu panduan perusahaan

o Mengacu pada peraturan yang berlaku di industri

o Mempercayai insting sendiri

o Berbicara dengan orang yang bersangkutan

o Meninggalkan situasi tersebut sepenuhnya

26/09/2023
0 FacebookTwitterPinterestEmail
Ilustrasi menunda pekeraan (Sumber: Freepik)
BeritaBerita TerpopulerBPK BekerjaSLIDER

Apakah Anda Termasuk Orang yang Suka Prokrastinasi?

by Admin 1 26/05/2023
written by Admin 1

JAKARTA, WARTAPEMERIKSA — Pernahkah Anda merasa begitu malas mengerjakan tugas padahal deadline sudah di depan mata? Bila sesekali karena terkendala berbagai hal mungkin masih bisa diterima. Hanya saja, bila terlalu sering jangan-jangan sudah menjadi kebiasaan.

Seperti banyak perilaku sabotase diri, langkah pertama untuk berhenti menunda-nunda suatu pekerjaan adalah dengan menyadari bahwa Anda sedang melakukannya. Karena mungkin saja, Anda tidak menyadari sedang menunda-nunda sesuatu.

“Jika kita menunda-nunda dalam jangka waktu yang lama, kita dapat kehilangan motivasi dan kecewa dengan pekerjaan kita, yang dapat menyebabkan depresi dan dalam kasus yang ekstrem bahkan kehilangan pekerjaan.”

Employee Care Centre (ECC) BPK menjelaskan bahwa kebiasaan menunda-nunda disebut dengan prokrastinasi. Prokrastinasi adalah penangguhan atau penundaan menyelesaikan suatu tugas dan dikategorikan sebagai kegagalan pengaturan diri.

Prokrastinasi dapat dipandang sebagai perilaku, kebiasaan (pola perilaku), dan sebagai trait kepribadian. Terkadang, prokrastinasi sering dipandang sama dengan kemalasan, padahal keduanya sangat berbeda. Alasannya, prokrastinasi adalah proses aktif di mana seseorang memilih untuk melakukan sesuatu yang lain daripada tugas yang seharusnya dilakukan. Sebaliknya, kemalasan menunjukkan sikap apatis, tidak aktif, dan keengganan untuk bertindak.

Prokrastinasi biasanya melibatkan pengabaian tugas yang tidak menyenangkan tetapi kemungkinan besar bernilai lebih penting, dan di sisi lain mendukung pelaksanaan tugas yang lebih menyenangkan atau lebih mudah, namun nilainya kurang penting.

Menyerah terhadap dorongan ini dapat menimbulkan konsekuensi yang serius. Prokrastinasi/penundaan dapat membuat kita merasa bersalah atau malu karena tidak dapat menyelesaikan tugas pada waktunya.

Prokrastinasi juga dapat menyebabkan berkurangnya produktivitas dan menyebabkan kita kehilangan pencapaian tujuan seorang karyawan. “Jika kita menunda-nunda dalam jangka waktu yang lama, kita dapat kehilangan motivasi dan kecewa dengan pekerjaan kita, yang dapat menyebabkan depresi dan dalam kasus yang ekstrem bahkan kehilangan pekerjaan,” ungkap tim ECC.

ECC BPK Sediakan Penanganan Khusus Pegawai

Dalam kasus ini ECC memiliki beberapa kiat memutus perilaku prokrastinasi.

1. Buatlah perencanaan: skala prioritas dan rencana aksi.

Perencanaan adalah metode andal yang dapat membantu untuk membedakan tugas yang bernilai tinggi dan tugas yang mendistraksi. Pikirkan 3 tugas personal Anda yang telah ada di-to-do list lebih dari sepekan lalu buat rencana aksi untuk menyelesaikannya. Rencana ini perlu ditulis dan perlu dipilah menjadi bagian-bagian yang membuat Anda mudah mengerjakan tugas tersebut.

2. Persiapkan ruang untuk tugas yang bernilai tinggi

Anda tidak dapat bekerja efektif bila tempat kerja berantakan. Terlebih untuk tugas yang bernilai tinggi dalam daftar prioritas. Anda perlu memiliki rasa keteraturan dan kontrol untuk menyelesaikan tugas.

Bersihkan meja atau tempat kerja Anda agar pikiran lebih tenang dan siap untuk memulai penyelesaian tugas. Dan supaya Anda juga bisa bekerja dengan konsentrasi penuh, sebelum bekerja perlu menyiapkan semua material, sumber, dan bahan-bahan yang diperlukan.

3. Motivasi diri Anda

Agar tugas selesai, Anda juga perlu memotivasi diri melalui dua elemen motivasi yaitu dialog internal dan reward eksternal.

a. Dialog internal.

Pesan yang Anda berikan pada diri sendiri sangat penting, pesan internal dapat memotivasi Anda untuk tetap bekerja. Kirimi diri Anda pesan positif dan penguatan, sehingga dapat bekerja secara efektif, dan berhenti menunda-nunda.

Ternyata, Employee Care Center BPK Makin Aktif pada Masa Pandemi

b. Reward eksternal.

Penunda cenderung memiliki perilaku menghadiahi diri mereka hadiah bahkan sebelum mereka memulai tugas penting. Seperti melihat media sosial favorit mereka atau menikmati rehat kopi sebagai pendahulu untuk tugas. Tetapi, seperti yang telah dibahas sebelumnya, mereka merasakan sedikit kegembiraan namun jauh di lubuk hati mereka tahu bahwa mereka sedang menunda-nunda.

Untuk mengatasi itu, masukkan waktu selfreward ke dalam jadwal kerja Anda. Hadiahi diri Anda kopi atau melihat media sosial setelah Anda menyelesaikan bagian-bagian dari tugas. Hadiah yang direncanakan akan membuat Anda bekerja lebih semangat untuk mencapai penyelesaian bagian demi bagian dari tugas, dan membuat tugas tampak tidak terlalu menakutkan.

26/05/2023
0 FacebookTwitterPinterestEmail
Ilustrasi perundungan di tempat kerja (Sumber: Freepik).
BeritaBerita TerpopulerBPK BekerjaSLIDER

Kenali dan Cegah Praktik Perundungan di Tempat Kerja

by Admin 1 27/04/2023
written by Admin 1

JAKARTA, WARTAPEMERIKSA — Praktik perundungan bisa terjadi di mana saja. Termasuk di tempat kerja atau yang dikenal dengan workplace bullying. Perundungan di tempat kerja harus dicegah dan diberantas bersama. Karena jika tidak, orang yang sering mengganggu akan terus melakukan intimidasi.

ECC BPK Sediakan Penanganan Khusus Pegawai

Terkait dengan hal ini, Employee Care Center (ECC) Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) memberikan ulasan mengenai workplace bullying. ECC menjelaskan, berdasarkan Einarsen, et al (2011), workplace bullying dapat diidentifikasi sebagai perilaku harassing (perilaku mengganggu), offending (menyerang), dan socially excluding someone (mengeluarkan seseorang dari kelompok sosial) atau mempengaruhi pekerjaan seseorang secara negatif.

Untuk disebut workplace bullying, peristiwa tersebut terjadi setidaknya sekali sepekan dan terulang sampai dengan enam bulan lamanya. Menurut ECC, ada sejumlah bentuk workplace bullying. Perundungan salah satunya bisa berbentuk lisan. Ini bisa termasuk ejekan, penghinaan, gosip atau pelecehan lisan lainnya.

Bentuk lainnya adalah intimidasi. Ini mungkin termasuk ancaman, pengucilan sosial di tempat kerja, mata-mata, atau pelanggaran privasi lainnya.  Perundungan juga bisa terkait prestasi kerja. “Contohnya termasuk sabotase atau gangguan kerja, atau mencuri dan menerima pujian atas ide-ide dari seseorang.”

“Intinya, pelaku dari workplace bullying dapat berasal dari kalangan apapun di tempat kerja, misalnya supervisor, rekan kerja, dan kolega.”

Dalam beberapa kasus, intimidasi dapat menyebabkan tuduhan berbohong, pengucilan lebih lanjut, promosi yang ditolak, atau pembalasan lainnya. Dari sisi kelembagaan, bullying institusional terjadi ketika tempat kerja menerima, mengizinkan, dan bahkan mendorong terjadinya bullying. Penindasan ini mungkin termasuk tujuan produksi yang tidak realistis, lembur paksa, atau memilih mereka yang tidak bisa mengikuti.

Lalu, siapa saja yang biasanya menjadi pelaku workplace bullying? Pelaku biasanya seseorang yang mempunyai jabatan atau wewenang di atas korbannya. Hal ini disebabkan oleh kekuasaan yang tidak digunakan dengan semestinya (Einarsen, et al. 2003). Pemimpin yang memiliki kuasa atas orang lain tersebut cenderung melakukan bullying dengan cara bertindak semena-mena, membesarkan diri, meremehkan bawahan, serta penggunaan manajemen konflik otoriter.

Selain itu, beberapa studi telah melaporkan bahwa rekan kerja menjadi sumber yang paling sering melakukan perilaku agresi di tempat kerja. “Intinya, pelaku dari workplace bullying dapat berasal dari kalangan apapun di tempat kerja, misalnya supervisor, rekan kerja, dan kolega.”

Bagaimana Membangun Ketahanan Psikologis dalam Bekerja?

Lalu, apa yang harus dilakukan jika di-bully di tempat kerja?

1. Dokumentasikan intimidasi. Catat tanggal, waktu, tempat terjadinya bullying, dan orang lain yang berada di dalam ruangan.

2. Simpan bukti fisik. Simpan catatan, komentar kasar, atau e-mail yang mengancam yang Anda terima.

3. Laporkan intimidasi. Tempat kerja Anda mungkin memiliki orang yang ditunjuk yang dapat diajak bicara jika merasa tidak aman untuk berbicara dengan atasan langsung.

4. Hadapi si pengganggu. Bawalah saksi tepercaya, seperti rekan kerja atau supervisor, dan minta mereka untuk berhenti (jika Anda merasa nyaman melakukannya).

5. Mencari bimbingan hukum. Pertimbangkan untuk berbicara dengan pengacara, tergantung pada keadaan intimidasi.

6. Jangkau orang lain. Rekan kerja mungkin dapat menawarkan dukungan. Anda juga dapat berbicara dengan terapis. Mereka dapat memberikan dukungan profesional dan membantu Anda mencari cara untuk mengatasi efek intimidasi saat Anda mengambil tindakan lain.

27/04/2023
0 FacebookTwitterPinterestEmail
Ilustrasi burnout (Sumber: Freepik)
BeritaBerita TerpopulerBPK BekerjaSLIDER

Kurang Energik dalam Bekerja? Jangan-Jangan Anda Burnout

by Admin 1 28/03/2023
written by Admin 1

JAKARTA, WARTAPEMERIKSA — Apakah anda pernah merasakan kurang energik dalam bekerja serta mudah tersinggung? Jika iya, maka rekan-rekan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) wajib berhati-hati.

Alasannya, menurut tim Employee Care Center (ECC), kurang energik dalam bekerja dan mudah tersinggung adalah dua dari lima gejala sindrom burnout. Sementara sisanya adalah merasa kurang dapat mengendalikan diri, mudah marah, serta merasa kurang peka terhadap kebutuhan orang lain.

Mengapa Kejaksaan Sampaikan Terima Kasih ke BPK?

Tim ECC dalam paparannya menjelaskan, Kleiber dan Ensman menyebutkan bahwa dalam bibliografi yang memuat 2.496 publikasi tentang burnout di Eropa menunjukkan 90 persen burnout dialami pekerja kesehatan dan sosial (perawat). Kemudian 32 persen dialami oleh guru (pendidik), 43 persen dialami pekerja administrasi dan manajemen, 4 persen pekerja di bidang hukum dan kepolisian, serta 2 persen dialami pekerja lainnya.

Apa itu burnout? Fraudenberger mengartikan burnout sebagai kelelahan mental, kehilangan komitmen, dan penurunan motivasi dalam diri pekerja. Sedangkan menurut Chavalitsakulchai dan Shahvanaz (1991) dalam Setyawati (2010), burnout atau kelelahan kerja merupakan fenomena yang kompleks yang disebabkan oleh faktor biologi terhadap proses kerja yang dipengaruhi faktor eksternal maupun internal.

Burnout memiliki dampak yang beragam atau menunjukkan keadaan yang berbeda-beda. Akan tetapi semuanya berkaitan kepada menurunnya motivasi, pengurangan kapasitas kerja, dan ketahanan umum. Maka dari itu burnout akan menurunkan kinerja serta menambah tingkat kesalahan kerja.

“Pekerja dengan external locus of control cenderung lebih mudah terkena burnout karena konsep diri yang rendah.”

Burnout disebabkan faktor eksternal dan faktor internal. Faktor internal, misalnya, termasuk di antaranya jenis kelamin. Pekerja perempuan ternyata memiliki kemungkinan lebih besar terkena burnout daripada laki-laki. Satu alasannya karena lebih sering mengalami kelelahan emosional.

Faktor usia turut memengaruhi. Pekerja berusia muda akan lebih tinggi mengalami burnout. Ini karena pekerja usia muda lebih dipenuhi harapan yang seringkali tidak realistik.

Kemudian faktor status perkawinan. Pekerja yang telah memiliki anak akan memiliki kecenderungan lebih rendah dalam mengalami kejadian burnout dan sebaliknya.

Selain faktor internal, burnout juga disebabkan faktor eksternal. Pertama soal kepribadian locus of control dalam kepribadian terbagi dua, yaitu internal locus of control dan external locus of control. Pekerja dengan external locus of control cenderung lebih mudah terkena burnout karena konsep diri yang rendah.

Foresight BPK Bantu Pemerintah Susun Strategi Masa Depan

Faktor lainnya adalah beban kerja. Lama jam kerja, banyaknya jumlah dari individu yang perlu ditangani, pekerjaan yang rutin dilakukan, mengakibatkan setiap pekerja mendapatkan beban yang dapat berujung kepada burnout.

Masa kerja juga menjadi salah satu faktor penyebab burnout. Semakin lama seseorang bekerja maka akan semakin berisiko orang tersebut mengalami burnout.

Faktor lainnya berkaitan dengan peran konflik. Pekerja akan memiliki perasaan konflik apabila peran dengan tuntutan tidak seimbang atau tidak sesuai serta tidak konsisten dengan beban yang diberikan kepadanya. Hal ini mengakibatkan terjadinya konflik peran yang dapat berujung kepada burnout.

Kemudian soal lingkungan kerja. Lingkungan kerja berbentuk fisik maupun nonfisik memiliki pengaruh terhadap terjadinya burnout pekerja.

“Burnout memiliki dampak yang beragam atau menunjukkan keadaan yang berbeda-beda. Akan tetapi semuanya berkaitan kepada menurunnya motivasi, pengurangan kapasitas kerja, dan ketahanan umum. Maka dari itu burnout akan menurunkan kinerja serta menambah tingkat kesalahan kerja.”

Berikut merupakan empat cara untuk menghadapi burnout.

1. Dukungan Sosial

Pekerja yang memiliki dukungan sosial akan merasa lebih nyaman, merasa diperhatikan, dan dibantu oleh orang lain.

2. Relaksasi Progresif

Relaksasi progresif dapat mengontrol diri dan memfokuskan perhatian seseorang.

3. Self-efficacy

Pekerja dengan efikasi diri tinggi memiliki komitmen dalam memecahkan masalahnya dan tidak mudah menyerah dalam bekerja.

4. Olahraga

Olahraga dapat mengoptimalkan produksi hormon endorphine, yaitu hormon yang berfungsi memberikan perasaan senang.

ECC BPK Sediakan Penanganan Khusus Pegawai

Sebagai informasi, Employee Care Center (ECC) merupakan wadah representatif untuk kegiatan Employee Assisstance Program (EAP). EAP merupakan bentuk perhatian BPK terhadap kebutuhan pegawai atas pendampingan penyelesaian masalah psikologis.

Jenis permasalahan dapat timbul dari dalam maupun luar lingkungan pekerjaan dan berdampak kepada kinerja pegawai. Contohnya motivasi bekerja, komunikasi dengan kolega, pengasuhan anak, komunikasi perkawinan, kesehatan mental, dan lainnya.

28/03/2023
0 FacebookTwitterPinterestEmail
Ilustrasi pegawai BPK (Sumber: Freepik)
BeritaBerita TerpopulerBPK BekerjaSLIDER

Bagaimana Membangun Ketahanan Psikologis dalam Bekerja?

by Admin 1 13/02/2023
written by Admin 1

JAKARTA, WARTAPEMERIKSA — Kepribadian yang tangguh (hardiness) penting dimiliki seseorang, termasuk pekerja. Lalu, apa saja ciri-ciri seseorang yang memiliki kepribadian tangguh?

Employee Care Center (ECC) dalam kegiatan diskusi pada Januari 2023 secara khusus membahas mengenai hardiness. Dalam diskusi tersebut diungkapkan bahwa hardiness adalah karakteristik kepribadian yang melibatkan kemampuan untuk mengendalikan kejadian-kejadian yang tidak menyenangkan dan memberikan dampak positif terhadap kejadian tersebut.

Membaca Masa Depan Sektor Kesehatan

Dengan memiliki hardiness, seseorang tak akan mudah mengalami stres apabila mengalami hal tidak menyenangkan. Menurut Kobasa (1979), aspek-aspek dalam mencapai hardiness meliputi komitmen, kontrol, dan tantangan.

ECC dalam penjelasannya menyampaikan, komitmen mencerminkan sejauh mana seorang individu terlibat dalam apapun yang dia lakukan. Kemudian, kontrol melibatkan keyakinan bahwa individu mampu mempengaruhi kejadian-kejadian dalam hidupnya.

Sementara tantangan merupakan keyakinan bahwa perubahan merupakan bagian yang normal dari kehidupan. Ada beberapa faktor yang memengaruhi hardiness dalam diri seseorang. Faktor pertama, kemampuan untuk membuat rencana yang realistis.

“Dengan kemampuan individu yang merencanakan hal yang realistis maka saat ia menemui suatu masalah maka akan tahu hal terbaik yang dapat ia lakukan dalam keadaan tersebut,” demikian disampaikan tim ECC dalam materi yang disampaikan mengenai hardiness.

Perjelas Definisi Kebutuhan Dasar Kesehatan Program JKN

Selain itu, ada faktor rasa percaya diri dan positif citra diri. Individu akan lebih santai dan optimistis jika individu memiliki rasa percaya diri yang tinggi. Adapun jika memiliki citra diri positif, maka individu akan terhindar dari stres. Faktor lainnya adalah mengembangkan keterampilan komunikasi dan kapasitas untuk mengelola perasaan yang kuat dan impuls.

Tim ECC juga menjelaskan bahwa ada tiga karakteristik umum orang yang memiliki hardiness. Faktor pertama, percaya bahwa mereka bisa mengendalikan dan mempengaruhi peristiwa yang terjadi dalam hidupnya.

Kedua, memiliki perasaan yang dalam atau rasa komitmen yang tinggi terhadap semua kegiatan yang ada dalam hidupnya. Ketiga, menganggap perubahan sebagai kesempatan untuk berkembang menjadi lebih baik.

Menurut tim ECC, ada beberapa langkah yang bisa dilakukan seseorang untuk membangun kepribadian hardiness. Pertama, menetapkan misi hidup. Hal ini bisa dilakukan dengan membangun misi kehidupan, membulatkan tekad, membangun visi, menciptakan wawasan, transformasi visi, dan komitmen total.

“Dengan kemampuan individu yang merencanakan hal yang realistis maka saat ia menemui suatu masalah maka akan tahu hal terbaik yang dapat ia lakukan dalam keadaan tersebut.”

Langkah kedua adalah membangun karakter. Caranya dengan membangun kesadaran diri, membangun kekuatan afirmasi, dan mengembangkan pengalaman positif. Adapun langkah ketiga adalah self controlling. Self controlling adalah kemampuan mengelola kondisi kemauan, kebutuhan, impulsif, dan dorongan dan sumber daya diri sendiri.

Ciri-ciri orang yang memiliki hardiness:

1. Sakit dan senang adalah bagian hidup.

Orang yang memiliki hardiness menganggap sakit dan senang merupakan bagian dari hidup dan mereka mampu melalui semuanya bahkan mampu untuk menikmatinya.

2. Keseimbangan.

Orang yang memiliki hardiness memiliki keseimbangan emosional, spiritual, fisik, hubungan antarinterpersonal dan profesionalisme dalam hidup.

3. Leadership.

Orang yang memiliki hardiness mampu bertahan dalam keadaan tertekan atau terkendali.

4. Perspektif.

Orang yang memiliki hardiness memiliki pandangan hidup yang tidak hanya berdasarkan pemikirannya sendiri.

5. Self-knowledge.

Memiliki pengetahuan diri dan kesadaran diri yang tinggi.

6. Tanggung Jawab

Orang yang memiliki hardiness mampu menerima tanggung jawab.

13/02/2023
0 FacebookTwitterPinterestEmail

Berita Lain

  • Majalah Warta BPK Edisi Maret 2025
  • Majalah Warta BPK Edisi Februari 2025
  • Majalah Warta BPK Edisi Januari 2025
  • Warta BPK: Nama Baru, Semangat yang Sama
  • Wakil Ketua BPK Soroti Risiko Fraud Digital, Tekankan Urgensi Kolaborasi Nasional
  • BPK.GO.ID
  • Tentang
  • Kebijakan Data Pribadi
  • Pedoman Media Siber
  • Kontak

@2021-2022 - Warta BPK GO. Kontak : warta@bpk.go.id

WartaBPK.go
  • Home
WartaBPK.go

Recent Posts

  • Majalah Warta BPK Edisi Maret 2025

    04/07/2025
  • Majalah Warta BPK Edisi Februari 2025

    04/07/2025
  • Majalah Warta BPK Edisi Januari 2025

    04/07/2025
  • Warta BPK: Nama Baru, Semangat yang Sama

    02/07/2025
  • Wakil Ketua BPK Soroti Risiko Fraud Digital, Tekankan...

    01/07/2025
@2021-2022 - Warta BPK GO. Kontak : warta@bpk.go.id