Museum BPK, Ruang Belajar Publik yang Hidup dan Inklusif

by admin2

WARTA BPK– Di tengah dinamika zaman yang serba digital dan cepat, Museum BPK hadir sebagai simpul penting dalam menghubungkan generasi masa kini dengan sejarah, nilai, dan peran Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) Republik Indonesia. Lebih dari sekadar tempat menyimpan artefak atau dokumen bersejarah, museum yang berlokasi di Magelang, Jawa Tengah ini menjadi ruang hidup yang menyampaikan cerita, menanamkan nilai, serta menginspirasi masyarakat untuk memahami pentingnya integritas, akuntabilitas, dan transparansi dalam pengelolaan keuangan negara.

Menurut Kepala Museum BPK, Sutriono, unit kerja yang dipimpinnya ini ingin menjadi pusat pelestarian nilai dan wahana edukasi yang informatif, menarik, dan modern. Hal ini untuk mendukung langsung misi besar BPK sebagai institusi pemeriksa keuangan negara yang independen dan profesional.

“Museum menyelenggarakan pembelajaran tentang tugas, peran, dan sejarah BPK, serta menyebarluaskan informasi mengenai kinerja BPK dalam mewujudkan tata kelola keuangan negara melalui pameran dan berbagai program publik,” kata Sutriono kepada Warta BPK, belum lama ini.

Museum BPK menjalankan berbagai misi edukatif dengan menyasar pelajar, mahasiswa, hingga masyarakat umum. Beragam kegiatan interaktif telah dirancang, mulai dari layanan pemanduan kunjungan, diskusi sejarah, bedah buku dan film, hingga workshop konservasi. Semuanya bertujuan menjadikan museum sebagai ruang belajar yang inklusif dan kontekstual.

Meski belum memiliki kurikulum pembelajaran formal bersama institusi pendidikan, Museum BPK telah menjadi bagian tidak langsung dari ekosistem belajar para siswa dan mahasiswa. Banyak sekolah dan kampus yang menjadikan kunjungan ke Museum BPK sebagai bagian dari outing class, praktik mata kuliah, kegiatan Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5), project-based learning, hingga program magang.

Saat ini, Museum BPK juga tengah menjajaki kerja sama dengan perguruan tinggi untuk menjadikan kunjungan ke museum sebagai bagian dari perkuliahan tetap.

Museum BPK juga menaruh perhatian besar dalam menyampaikan pesan moral dan nilai dasar institusi melalui narasi sejarah. Salah satu cara yang digunakan adalah lewat Ruang Audio Visual yang menayangkan film-film edukatif, baik yang terinspirasi dari hasil pemeriksaan BPK maupun film animasi tentang filosofi kerja lembaga ini. Ruang Sang Ketua juga menjadi salah satu medium penting yang menghadirkan pesan-pesan integritas dari para Ketua BPK terdahulu.

“Kami bekali pemandu untuk menyampaikan nilai-nilai dasar BPK kepada pengunjung, disesuaikan dengan usia mereka,” kata Sutriono.

Sutriono mengatakan, pesan terkait integritas yang tetap relevan dengan kondisi saat ini menjadi poin penting dalam kehadiran Museum BPK. Gedung Museum BPK yang dahulu adalah salah satu kantor awal BPK di Magelang itu menunjukkan betapa seriusnya pendiri bangsa dalam menjaga tata kelola dan akuntabilitas keuangan negara.

Sutriono menekankan bahwa berbagai koleksi-koleksi yang tersimpan di Museum BPK merupakan cultural material yang merekam dinamika sejarah dan nilai-nilai pada masa lalu. Ia mencontohkan, salah satu koleksi yang menarik adalah mesin ketik tua yang digunakan dalam aktivitas perkantoran BPK RI tahun 1947 di Magelang.

Dalam menjawab tantangan era digital, Museum BPK terus bertransformasi. Salah satu inovasi penting adalah pengembangan layanan tur virtual berbasis aplikasi 360 yang dapat diakses kapan saja dan dari mana saja. Fitur ini awalnya dikembangkan pada masa pandemi, namun kini justru menjadi gerbang pembuka ketertarikan masyarakat untuk berkunjung langsung.

Tak berhenti di situ, Museum BPK juga tengah memperbarui tampilan dan fitur situs resminya agar lebih interaktif dan memenuhi kebutuhan pemangku kepentingan dari berbagai kalangan. Di sisi lain, museum juga terus memperkuat kehadiran di media sosial sebagai sarana diseminasi informasi sekaligus ruang interaksi dengan generasi muda.

Untuk menarik minat kaum muda, Museum BPK mengemas tata pamer secara visual menarik dan instagramable, lengkap dengan ruang-ruang swafoto dan panggung terbuka yang bisa dimanfaatkan secara gratis untuk kegiatan seni dan kreativitas. Pendekatan ini terbukti mampu menarik pengunjung muda untuk mengenal lebih dalam sejarah dan peran BPK.

Meski demikian, tantangan tetap ada. Kemajuan teknologi menuntut museum untuk terus berinovasi agar tidak tertinggal dan tetap relevan. “Museum harus bergerak mengikuti tren, menghadirkan konten yang modern seperti immersive room dan wahana interaktif lainnya,” tambah Sutriono.

Tidak hanya sarana, Museum BPK juga senantiasa fokus dengan pengembangan kompetensi SDM. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah (PP) Nomor 66 Tahun 2015 yang mengatur tentang museum, selain didukung tenaga administrasi, museum juga harus memiliki tenaga teknis yang meliputi bidang seperti kurator museum, restorator, pencatat koleksi, dan penata pamer. Dalam waktu dekat, secara bertahap museum akan memiliki tenaga teknis yang bersertifikat BNSP.

Dengan berbagai inisiatif ini, Museum BPK terus berupaya menjadi jembatan antara masa lalu dan masa depan, memperkuat literasi publik tentang keuangan negara, serta menanamkan nilai-nilai integritas yang menjadi roh pengabdian BPK kepada bangsa dan negara.

Anda mungkin juga menyukai